Minggu, 21 Maret 2010

Tiap Tahun Ratusan Penggemar Datangi Makam Nike Ardilla


BINTANG KEHIDUPAN


CIAMIS, --DNA: Sampai hari Minggu (21/3) sore tadi, ratusan penggemar almarhum Nike Ardilla dari berbagai daerah terus berdatangan ke Komplek Pemakanan Keluarga Nike Ardilla di Desa Imbanagara, Ciamis. Rombongan besar yang terakhir datang Sabtu malam adalah penggemar Nike yang tergabung dalam Nike Ardilla Fans Club (NAFC) dari Jakarta, Makassar, dan Surabaya dengan menggunakan dua bus pariwisata. Kedatangan ratusan penggemar berat Nike dari Jakarta, Bandung, Makassar, dan Surabaya itu disambut guyuran hujan lebat.

Setelah masuk ke kediaman keluarga besar Nike di Desa Imbanagara tersebut, para penggemar langsung bersalaman dengan Nining Ningsirat (72), ibunda Nike Ardilla, yang sudah menyambut mereka di depan pintu rumah. Para penggemar yang sebagian besar adalah anak muda itu berdatangan untuk menghadiri acara puncak peringatan 15 tahun meninggalnya Nike. Artis penyanyi pop rock itu meninggal dalam suatu kecelakaan lalu lintas Jl. Riau, Bandung pada 19 Maret 1995 dini hari. Mobil sedan Genio D 27 AK yang dikemudikan Nike menghantam tembok jalan.

"Peringatan 15 tahun wafatnya Nike sebenarnya sudah dimulai pada 14 Maret lalu di Jakarta. NAFC Jakarta menggelar lomba lagu Nike. Puncaknya malam ini (Sabtu 20/3), yakni acara haul, menggelar pengajian, doa bersama, dan tahlilan di makam Nike. Kita malam ini ramai-ramai memegang lilin dan jalan berdampingan ke makam," ujar Gerak Mentasi, Ketua NAFC Ciamis, kemarin.

Kemudian para penggemar Nike Ardilla langsung menuju Bandung setelah menginap di Imbanagara untuk menghadiri acara khusus di Museum Nike Ardilla di Kompleks Arya Graha, Jalan Soekarno-Hatta, Bandung. "Kita akan mengikuti berbagai macam acara di museum Nike Ardilla, termasuk acara lelang barang-barang kesayangan Nike. Di antaranya busana Nike," ujar Gerak.

Dan di Ciamis acara puncak peringatan 15 tahun wafatnya Nike Ardilla ini didahului dengan launching rumah makan lesehan Saung Nike Ardilla (Kedai Nada) yang berada persis di sisi Jl. Raya Ciamis-Tasikmalaya depan rumah keluarga besar Nike di Desa Imbanagara.

Kepala Desa Imbanagara, Dadang kepada DNAberita mengatakan, wafatnya sang artis terkenal itu setiap tahun selalu diperingati para penggemar fanatiknya, terutama dengan mengunjungi/berziarah ke pemakaman almarhum Nike Ardilla. Karena itu tak mengherankan, bila setiap tanggal 21 Maret akan selalu banyak tamu dari luar kota yang merupakan para penggemarnya.

“Kami akui, almarhum Nike Ardilla selama ini telah mengharumkan nama Desa Imbanegara dengan banyaknya para penggemar sang artis cantik itu berziarah, dan setiap tahun ratusan penggemar berkunjung ke sini.”ungkap Dadang ketika ditemui di ruang kerjanya. (REDI MULYADI)***

Sabtu, 13 Maret 2010

BEDAH RUMAH ALA WARGA DESA IMBANAGARA



BERITA.Com
Dalam tempo dua bulan, sebanyak 8 unit rumah kumuh tidak layak huni,terutama milik wanita jompo di Desa Imbanagara Kec./ Kab. Ciamis kini telah berhasil direnovasi.Bedah rumah ala warga Desa Imbanagara ini seluruh biayanya merupakan hasil swadaya murni masyarakat.Bahkan,rumah yang dibenahnya pun menjadi permanen.
“Kami bangga,karena warga desa secara swadaya dan bergotong royong telah berhasil melakukan bedah rumah yang tidak layak huni milik warga lain dari keluarga tidak mampu,terutama wanita jompo.”ungkap Dadang,Kepala Desa Imbanagara.
Dadang menjelaskan,ada 4 unit rumah yang bulan lalu dibedah warga antara lain rumah milik Ny.Itoh dan Ny.Nani di Dusun Ciwahangan Rt.01/08,rumah Ny.Anah di Dusun Warung Wetan Rt.04/04,dan rumah Ny.Emin di Dusun Lebaklipung Rt.07.
Sedangkan 4 unit rumah lain yang tengah dalam proses renovasi yani 1 unit di Dusun Cihawangan,2 unit di Dusun Warung Wetan,dan 1 unit milik Ustadz Khaer di Lebaklipung.”Sebenarnya masih ada beberapa rumah tidak layak huni di desa kami yang perlu direnovasi.Dan warga kami tampaknya siap lakukan bedah rumah secara bertahap.” ujarnya.
Bila melihat kondisi fisik bangunan rumah yang dibedah warga cukup permanen,menurut Kades Imbanagara.maka untuk satu unit rumah menghabiskan dana berkisar antara Rp.15 juta sampai Rp.25 juta.
Adapun program ‘bedah rumah’ ada Desa Imbanagara itu,termasuk salah satu komitmen Dadang saat kampanye Pilkades beberapa bulan lalu,yakni ingin memperhatikan kehidupan rakyat miskin.”Namun,semua itu berkat adanya dukungan warga juga.”tutur Kades Dadang.
Seorang pemilih rumah yang telah direnovasi,Ny.Anah warga Dusun Warung Wetan mengaku bahagia,karena kini rumahnya panggungnya itu menjadi permanen.Bahkan lantainya pun berkeramik.
“Dulu,rumah saya ini the panggung dan mau ambruk.Alhamdulillah sekarang mah jadi bagus.Saya berterima kasih kepada Pak Kuwu dan warga kampung khususnya.”ujar Ny.Anak berbinar-binar(REDI MULYADI)***

Napak Tilas Sejarah Galuh di Museum Galuh



BERITA.Com

Selama ini, memang tak banyak warga Ciamis sekalipun yang mengetahui mengenai sejarah Kerajaan Galuh, meskipun banyak terdapat situs-situs sebagai peninggalannya. Hal itu, entah karena kurangnya interes warga akibat arus globalisasi, atau kurangnya minat dari pemerintah yang kurang memperkenalkan sekaligus mempertahankan kekayaan khazanah budaya yang dimilikinya.

Untuk itu, untuk pertama kalinya Yayasan Galuh Imbanagara bekerjasama dengan Pemkab Ciamis melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menggelar acara Napak Tilas Sejarah Galuh, pada 24 Juni 2009 lalu, yakni dengan diadakannya acara gerak jalan santai sejauh 5,5 km yang melalui rute 10 situs makam-makam Bupati Galuh di wilayah Desa Imbanagara Kecamatan Ciamis.

Kegiatan yang dihelat dengan upacara adat tradisional Sunda Buhun di halaman Museum Galuh Imbanagara itu, dimaksudkan agar para peserta yang mayoritas adalah warga Ciamis agar mengenal situs-situs mengenai Kerajaan Galuh di Imbanagara. Para peserta menyambangi situs makam TMG Wiradikoeseomah yang merupakan Bupati Galuh Ciamis I, kemudian ke makam Rd Adipati Kusumahdinata III, Dr Adipati Natakoesoema dan Rd Adipati Surapraja yang merupakan Bupati Galuh periode tahun 1751-1811. Selanjutnya ke situs makam Rd Adipati Aria Panji Jayanagara Bupati Galuh Imbanagara tahun 1642-1678, terakhir ke makam Rd Adipati Angganapraja yang merupakan Bupati Galuh Imbanagara tahun 1678 yang berada di Majalaya Imbanagara Raya Ciamis.

Ketua Yayasan Galuh Imbanagara, R Enggan S Rahmat mengatakan, bahwa Napak Tilas tersebut merupakan sebuah prosesi yang mengisahkan pindahnya pemerintahan Kerajaan Galuh di bawah pimpinan Rd Panji Aryajayanegara dari Nagara Tengah Cineam ke Barunai (Imbanagara) pada tanggal 12 Juni 1842. "Hari itu merupakan cikal bakal Kabupaten Ciamis, sekaligus dijadikan sebagai Hari Jadinya Kabupaten Ciamis," terangnya.

Dengan digelarnya acara Napak Tilas semacam ini, lanjut R Enggan S Rahmat, agar warga Ciamis tidak melupakan akan sejarah berdirinya Ciamis yang semula dari Kerajaan Galuh dan bahkan tetap lestari.

Sementara itu, Kadis Pariwisata dan Budaya Kab.Ciamis, Drs H Cu Herman mengingatkan agar warga Ciamis senantiasa tidak melupakan sejarah masa lampau. Serta diminta untuk turut serta menjaga kelestarian dan keutuhan nilai-nilai budaya sejarah Galuh. “Kami harap, warga Ciamis agar tidak melupakan tapak lacak atau sejarah Kerajaan Galuh yang menjadi cikal bakalnya Kab.Ciamis,”ungkapnya.

”Selain wisata keindahan alam,Kabupaten Ciamis mempunyai potensi wisata ziarah yang sudah berhasil dikembangkan di kawasan objek wisata Situ Lengkong Panjalu,” kata Cu. Dia menambahkan, kegiatan napak tilas merupakan kegiatan turun-temurun dari setiap kepala daerah yang pernah memimpin Kabupaten Ciamis.Kegiatan ini setiap tahun dikemas dengan tujuan dan budaya yang berbeda. ”Kami berharap khasanah potensi kebudayaan di Kabupaten Ciamis bisa terus berkembang dan tetap diminati,”tuturnya.(REDI MULYADI)***

Sejarah Berdirinya Ciamis Manjing Dinamis

Sejarawan W.J Van der Meulen mengungkapkan bahwa, Pusat Asli Daerah (kerajaan) Galuh, yaitu disekitar Kawali (Kabupaten Ciamis sekarang). Selanjutnya W.J Van der Meulen berpendapat bahwa kata “galuh”, berasal dari kata “sakaloh” berarti “dari sungai asalnya”, dan dalam lidah Banyumas menjadi “segaluh”. Dalam Bahasa Sansekerta, kata “galu” menunjukkan sejenis permata, dan juga biasa dipergunakan untuk menyebut puteri raja (yang sedang memerintah) dan belum menikah.
Sebagaimana riwayat kota-kabupaten lain di Jawa Barat, sumber-sumber yang menceritakan asal-usul suatu daerah pada umumnya tergolong historiografi tradisional yang mengandung unsur-unsur mitos, dongeng atau legenda disamping unsur yang bersifat historis. Naskah-naskah ini antara lain Carios Wiwitan Raja-raja di Pulo Jawa, Wawacan Sajarah Galuh, dan juga naskah Sejarah Galuh bareng Galunggung, Ciung Wanara, Carita Waruga Guru, Sajarah Bogor. Naskah-naskah ini umumnya ditulis pada abad ke-18 hingga abad ke-19. Adapula naskah-naskah yang sezaman atau lebih mendekati zaman Kerajaan Galuh. Naskah-naskah tersebut, diantaranya Sanghyang Siksakanda ‘Ng Karesian, ditulis tahun 1518, ketika Kerajaan Sunda masih ada dan Carita Parahyangan, ditulis tahun 1580.
Berdirinya Galuh sebagai kerajaan, menurut naskah-naskah kelompok pertama tidak terlepas dari tokoh Ratu Galuh sebagai Ratu Pertama. Dalam laporan yang ditulis Tim Peneliti Sejarah Galuh (1972), terdapat berbagai nama kerajaan sebagai berikut: Kerajaan Galuh Sindula (menurut sumber lain, Kerajaan Bojong Galuh) yang berlokasi di Lakbok dan beribukota Medang Gili (tahun 78 Masehi?); Kerajaan Galuh Rahyang berlokasi di Brebes dengan ibukota Medang Pangramesan; Galuh Kalangon berlokasi di Roban beribukota Medang Pangramesan; Galuh Lalean berlokasi di Cilacap beribukota di Medang Kamulan; Galuh Pataruman berlokasi di Banjarsari beribukota Banjar Pataruman; Galuh Kalingga berlokasi di Bojong beribukota Karangkamulyan; Galuh Tanduran berlokasi di Pananjung beribukota Bagolo; Galuh Kumara berlokasi di Tegal beribukota di Medangkamulyan; Galuh Pakuan beribukota di Kawali; Pajajaran berlokasi di Bogor beribukota Pakuan; Galuh Pataka berlokasi di Nanggalacah beribukota Pataka; Kabupaten Galuh Nagara Tengah berlokasi di Cineam beribukota Bojonglopang kemudian Gunungtanjung; Kabupaten Galuh Imbanagara berlokasi di Barunay (Pabuaran) beribukota di Imbanagara dan Kabupaten Galuh berlokasi di Cibatu beribukota di Ciamis (sejak tahun 1812).
Untuk penelitian secara historis, kapan Kerajaan Galuh didirikan, dapat dilacak dari sumber-sumber sezaman berupa prasasti. Ada prasasti yang memuat nama “Galuh”, meskipun nama tanpa disertai penjelasan tentang lokasi dan waktunya. Dalam prasasti berangka tahun 910, Raja Balitung disebut sebagai “Rakai Galuh”. Dalam Prasasti Siman berangka tahun 943, disebutkan bahwa “kadatwan rahyangta I mdang I bhumi mataram ingwatu galuh”. Kemudian dalam sebuah Piagam Calcutta disebutkan bahwa para musuh penyerang Airlangga lari ke Galuh dan Barat, mereka dimusnahkan pada tahun 1031 Masehi. Dalam beberapa prasasti di Jawa Timur dan dalam Kitab Pararaton (diperkirakan ditulis pada abad ke-15), disebutkan sebuah tempat bernama “Hujung Galuh” yang terletak di tepi sungai Brantas. Nama Galuh sebagai ibukota disebut berkali-kali dalam naskah sebuah prasasti berangka tahun 732, ditemukan di halaman Percandian Gunung Wukir di Dukuh Canggal (dekat Muntilan sekarang).
Pada bagian carita Parahyangan, disebutkan bahwa Prabu Maharaja berkedudukan di Kawali. Setelah menjadi raja selama tujuh tahun, pergi ke Jawa terjadilah perang di Majapahit. Dari sumber lain diketahui bahwa Prabu Hayam Wuruk, yang baru naik tahta pada tahun 1350, meminta Puteri Prabu Maharaja untuk menjadi isterinya. Hanya saja, konon, Patih Gajah Mada menghendaki Puteri itu menjadi upeti. Raja Sunda tidak menerima sikap arogan Majapahit ini dan memilih berperang hingga gugur dalam peperangan di Bubat. Puteranya yang bernama Niskala Wastu Kancana waktu itu masih kecil. Oleh karena itu kerajaan dipegang Hyang Bunisora beberapa waktu sebelum akhirnya diserahkan kepada Niskala Wastu Kancana ketika sudah dewasa. Keterangan mengenai Niskala Wastu Kancana, dapat diperjelas dengan bukti berupa Prasasti Kawali dan Prasasti Batutulis serta Kebantenan.
Pada tahun 1595, Galuh jatuh ke tangan Senapati dari Mataram. Invasi Mataram ke Galuh semakin diperkuat pada masa Sultan Agung. Penguasa Galuh, Adipati Panaekan, diangkat menjadi Wedana Mataram dan cacah sebanyak 960 orang. Ketika Mataram merencanakan serangan terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628, massa Mataram di Priangan bersilang pendapat. Rangga Gempol I dari Sumedang misalnya, menginginkan pertahanan diperkuat dahulu, sedangkan Dipati Ukur dari Tatar Ukur, menginginkan serangan segera dilakukan. Pertentangan terjadi juga di Galuh antara Adipati Panaekan dengan adik iparnya Dipati Kertabumi, Bupati di Bojonglopang, anak Prabu Dimuntur keturunan Geusan Ulun dari Sumedang. Dalam perselisihan tersebut Adipati Panaekan terbunuh tahun 1625. Ia kemudian diganti puteranya Mas Dipati Imbanagara yang berkedudukan di Garatengah (Cineam sekarang).
Pada masa Dipati Imbanagara, ibukota Kabupaten Galuh dipindahkan dari Garatengah (Cineam) ke Calingcing. Tetapi tidak lama kemudian dipindahkan ke Bendanagara (Panyingkiran). Pada Tahun 1693, Bupati Sutadinata diangkat VOC sebagai Bupati Galuh menggantikan Angganaya. Pada tahun 1706, ia digantikan pula oleh Kusumadinata I (1706-1727).
Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan R.A.A. Kusumadiningrat menjadi Bupati Galuh, pemerintah kolonial sedang giat-giatnya melaksanakan tanam paksa. Rakyat yang ada di Wilayah Galuh, disamping dipaksa menanam kopi juga menanam nila. Untuk meringankan beban yang harus ditanggung rakyat, R.A.A. Kusumadiningrat yang dikenal sebagai “Kangjeng Perbu” oleh rakyatnya, membangun saluran air dan dam-dam untuk mengairi daerah pesawahan. Sejak Tahun 1853, Kangjeng Perbu tinggal di kediaman yang dinamai Keraton Selagangga.
Antara tahun 1859-1877, dilakukan pembangunan gedung di ibu kota kabupaten. Disamping itu perhatiannya terhadap pendidikan pun sangat besar pula. Kangjeng Perbu memerintah hingga tahun 1886, dan jabatannya diwariskan kepada puteranya yaitu Raden Adipati Aria Kusumasubrata.
Pada tahun 1915, Kabupaten Galuh dimasukkan ke Keresidenan Priangan, dan secara resmi namanya diganti menjadi Kabupaten Ciamis.(Sumber: Nina H. Lubis, Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat, tahun 2000.)

KASEPUHAN Pak H.Ukan

Hotel Karang Manis Imbanagara

Sebanyak 134 Rumah di Desa Imbanagara Rusak Akibat Gempa September 2009

BERITA.Com
Sebanyak 134 rumah mengalami rusak berat dan ringan yang menimpa warga Desa Imbanegara Kec.Ciamis/Kab.Ciamis pada peristiwa bencana gempa berkekuatan 7,3 SR yang terjadi pada 2 September 2009 lalu. Sedangkan korban jiwa tidak ada, kecuali ada seorang warga yang mengalami luka-luka hingga harus mendapat jahitan di kepalanya.
"Pada peristiwa gempa bumi yang lalu, memang banyak rumah milik warga desa yang mengalami kerusakan, baik rusak berat maupun rusak ringan. Namun, masalah berapa jumlah kerugiannya, kami masih melakukan pendataan agar hasilnya akurat,"ujar Dadang, Kades Imbanagara kepada Buser Trans.
Ketika ditanya mengenai bantuan bagi warga yang menjadi korban, menurut Dadang, memang ada meski tidak mencukupi karena jumlah korban yang cukup banyak. Namun,bantuan yang paling utama dibutuhkan warganya, yakni untuk memperbaiki kondisi rumah milik mereka yang rusak.
Dadang menyebutkan, bahwa rumah warga desanya yang rusak membutuhkan bantuan bahan bangunan, agar segera bisa memperbaikinya. "Kami saat ini tengah berusaha untuk memperoleh bantuan dari Pemkab Ciamis maupun donatur terutama bahan bangunan untuk memperbaiki rumah warga,"ujarnya.
Karena untuk memperbaiki rumahnya yang rusak, terutama yang hancur dan rusak berat, tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sementara itu, warganya saat ini tidak begitu konsentrasi untuk bekerja atau mencari uang, terutama untuk biaya perbaikan rumahnya.
"Kami harap, Pemkab Ciamis untuk segera mengucurkan dana bantuan untuk perbaikan rumah warga yang menjadi korban gempa,"tutur Dadang via ponselnya.(REDI MULYADI)